Rabu, 03 April 2013

Mengenal Alat Kerja Bangku : Gergaji Tangan

PENGERTIAN GERGAJI TANGAN
             Gergaji tangan adalah suatu alat perkakas tangan yang digunakan untuk memotong atau mengurangi tebal dari benda kerja yang nantinya akan dikerjakan lagi. Prinsip kerja dari gergaji tangan adalah langkah pemotonganya kearah depan sedangkan pada langkah mundur mata gergaji tidak melakukan pemakanan/penyayatan.
           Dengan menggunakan gergaji tangan dapat dilakukan pekerjaan seperti memendekan benda kerja, membuat alur atau celah, dan melakukan pemotongan kasar/pekerjaan awal sebelum benda kerja dikerjakan lagi oleh peralatan lain.
  Gambar 1. Gergaji Tangan
 BAGIAN-BAGIAN GERGAJI TANGAN
 a. Rangka
Rngka atau frame dari gergaji tangan terdiri dari dua jenis, yaitu rangka yang bisa diatur panjang pembukaanya, dan yang tidak dapat diatur panjang pembukaanya. Rangka pada gergaji tangan berfungsi sebagai tempat kedudukan atau pemasangan daun mata gergaji. Jenis rangka yang dapat dipanjangkan lebih menguntungkan, karena rangka jenis ini dapat dipergunakan untuk menjepit daun mata gergaji dengan ukuran yang berbeda-beda. Sedangkan rangka yang tidak dapat diatur panjangnya hanya dapat dipergunakan untuk menjepit satu ukuran daun mata gergaji.
b. Tangkai pemegang
Fungsi dari tangkai pemegang yaitu untuk tempat pemegang saat proses menggergaji berlangsung. Tangkai gergaji tangan pada umumnya mempunyai dua bentuk, yaitu tangkai bentuk pistol dan tangkai lurus.
c. Mur Gergaji
Fungsi dari mur gergaji adalah untuk mengencangkan daun gergaji, sehingga ketegangan/kekencangan pengikatan daun gergaji tangan dapat diatur dengan mur ini.
 d. Daun Gergaji
          Daun mata gergaji tangan merupakan alat penting, karena tanpa bagian ini gergaji tangan tidak dapat berfungsi atau tidak dapat melakukan pemotongan. Daun mata gergaji dipasang pada rangka dengan bantuan peralatan penjepit dan pasak. Untuk mengeraskan pengikatan digunakan baut dan mur kupu-kupu, sehingga ketegangan /kekencangan pengikatan daun gergaji tangan dapat diatur secara baik. Ukuran panjang daun mata gergaji tangan bervariasi, yaitu dari yang terpendek 200 mm sampai yang terpanjang 250 mm. Ukuran panjang daun mata gergaji tangan adalah jarak antara titik senter lobang yang satu dengan lobang yang lainya yang terdapat pada ujung-ujung daun mata gergaji. Sedangkan ukuran lebar daun mata gergaji diukur dari sisi yang satu sampai ujung gigi-gigi pemotonganya. Dalam pemakaianya daun mata gergaji dibedakan oleh banyaknya gigi-gigi pemotong yang terdapat dalam setiap inchi panjang daun mata gergaji. Jumlah gigi yang umum digunakan pada daun gergaji adalah yang mempunyai 14; 18; 24; dan 32 gigi setiap inchi. Daun mata gergaji yang memiliki gigi sebanyak 14-18 setiap inchi digunakan untuk bahan pejal yang besar (misalnya baja St 37, tembaga, kuningan, dan besi tuang). Untuk bahan berbentuk tebal dan baja karbon tinggi dipakai daun gergaji dengan jumlah gigi 24 setiap inchi. Sedangkan untuk bahan yang tipis, plat, pipa yang tipis digunakan daun gergaji yang bergigi 32 tiap inchinya. Untuk menggergaji bahan-bahan yang keras digunakan gergaji dengan gigi-gigi yang lebih kecil daripada untuk bahan yang lunak, karena dari bahan yang keras hanya beram-beram kecil yang terlepas. Disini kita tidak memerlukan rongga-rongga gigi yang besar tetapi justru diperlukan banyak bidang-bidang potong, karena alasan yang sama maka untuk bahan-bahan yang tebal dimana gigi-gigi lebih lama memotong, diperlukan gigi-gigi yang lebih besar sehingga dengan rongga gigi yang besarnya gigi dinyatakan dengan jumlah gigi per inchi , maka panjang gergaji pada umumnya 12 inchi.

Kamis, 24 Februari 2011

LAS BUSUR METAL MANUAL / SMAW ( Shield Metal Arc Welding )

LAS BUSUR METAL MANUAL / SMAW ( Shield Metal Arc Welding )
Mengelas adalah penyambungan logam dengan logam atau logam paduan dengan logam paduan dengan cara mencairkan bagian logam yang akan disambung.

1. Definisi las busur metal manual.

Las busur metal manual adalah salah satu proses pengelasan
yang pemanasanya diperoleh dari nyala busur listrik dengan menggunakan elektroda yang berselaput/fluks. Elektroda disamping berfungsi untuk pencetus busur listrik juga berfungsi sebagai logam pengisi, sedangkan fluks berfungsi untuk melindungi hasil pengelasan terhadap kontaminasi atmosfer.

Las busur metal manual termasuk salah satu jenis las yang paling banyak digunakan dalam proses manufaktur dan perbaikan barang – barang mekanik dan konstruksi. Las busur metal manual tidaklah seefisien jenis-jenis las semiotomatis yang lain, karena memerlukan waktu untuk mengganti elektroda dan terak yang dihasilkan harus dibersihkan terlebih dahulu terutama pada saat menyambung atau melapisi.

Las busur metal manual dapat digunakan untuk posisi pengelasan yang berbeda dan dapat digunakan dibengkel atau dilapangan, sehingga banyak digunakan pada pekerjaan keteknikan, mulai dari yang ringan maupun yang berat misalnya, bejana bertekanan dan rangka baja untuk konstruksi bangunan industri, alat berat dan perkapalan.

2. Peralatan las busur metal manual

Peralatan las busur metal manual terdiri dari peralatan utama, peralatan bantu, serta peralatan keselamatan kerja. Untuk dapat melakukan pengelasan dengan baik maka peralatan tersebut harus dilengkapi.

> Peralatan utama adalah alat-alat yang berhubungan langsung dengan proses pengelasan, sehingga pengelasan tidak dapat dilakukan jika salah satu dari peralatan utama tidak ada.
Peralatan utama terdiri dari :
• Mesin las / trafo las,
• Kabel las ( primer dan sekunder ),
• Tang las ( holder ),
• Klem massa.

> Peralatan bantu dan peralatan keselamatan kerja,
antara lain :
• Kedok las / helm las,
• Palu terak ( chipping hammer ),
• Sikat baja,
• Tang penjepit ( smit tang ),
• Tabir penghalang,
• System penghisap asap. Dll


a) Mesin las

Mesin las busur metal manual secara garis besar dibagi dalam 2 golongan, yaitu :

1. Mesin las arus bolak balik ( AC welding machine ).
2. Mesin las arus searah ( DC welding machine ).

> Mesin las arus bolak balik ( AC ) adalah transformator, karena mesin ini dapat menurunkan tegangan misalnya dari 110v, 220v, 380v, atau 420v menjadi berkisar antara 20 - 80v. Pada saat belum terjadi busur las keadaan ini disebut sirkuit terbuka ( open sircuit voltage / OCV ), tegangan pada saat ini 45 – 80v. Sedangkan pada saat terjadinya busur las disebut sirkuit tertutup ( close circuit voltage / CCV ), tegangan pada saat ini diantara 20 – 35v.
Untuk mengatur besar kecilnya arus las pada saat pengelasan dapat dilakukan dengan cara memutar tuas, menarik atau menekan tergantung dari konsumsi transformator tersebut, pada mesin las arus bolak – balik kabel massa dan kabel elektroda jika dipertukarkan tidak akan mempengaruhi perubahan panas yang timbul pada nyala busur.

> Mesin las arus searah ( DC ) mendapatkan sumber tenaga listrik dari trafo las AC yang kemudian dirubah menjadi DC atau dari generator arus searah yang digerakan oleh motor bensin atau motor diesel. Pemasangan kabel – kabel las ( pengkutuban ) pada mesin las DC dapat diatur sesuai dengan keperluan pemasangan yaitu dengan cara :

1. Pengkutuban langsung ( direct current straight polarity ).
Pada pengkutuban ini kutub positif mesin las dihubungkan dengan benda kerja, sedangkan kutub negatifnya dihubungkan dengan elektroda dengan hubungan seperti ini 1/3 bagian panas yang dihasilkan memanaskan elektroda, sedangkan 2/3 lainnya memanaskan benda kerja.

2. Pengkutuban terbalik ( direct current reverse polatity )
Pada pengkutuban ini kutub negatif mesin las dihubungkan dengan benda kerja, sedangkan kutub positif dihubungkan dengan elektroda dengan hubungan seperti ini 1/3 bagian panas yang dihasilkan memanaskan benda kerja, sedangkan 2/3 lainnya memanaskan elektroda.

b) Kabel las ( primer dan sekunder )

Pada mesin las terdapat 2 jenis kabel, yaitu :
- Kabel primer,
- Kabel sekunder.

Kabel primer adalah kabel yang menghubungkan antara sumber tenaga dengan mesin las. Jumlah kawat inti pada kabel primer disesuaikan dengan jumlah phasa mesin las ditambah 1 kawat ground.

Kabel sekunder adalah kabel yang menghubungkan mesin las dengan holder dengan dan tang massa. Inti kabel sekunder terdiri dari kawat – kawat yang halus dan sangat banyak jumlahnya serta dilengkapi dengan isolator.

Penggunaan kabel pada mesin las hendaknya disesuaikan dengan kapasitas arus maximum dari mesin las. Makin kecil diameter kabel atau makin panjang ukuran kabel maka tahanan pada kabel akan makin besar, sedangkan makin besar diameter kabel atau semakin pendek maka hambatan akan semakin rendah.

c) Tang las ( holder )

Holder berfungsi untuk menjepit elektroda. Holder terbuat dari bahan kuningan / tembaga dan dibungkus dengan bahan isolator yang tahan terhadap panas dan arus listrik seperti ebonit. Mulut penjepitnya harus selalu bersih dan jepitanya kuat agar hambatan arus yang terjadi sekecil mungkin.

d) Klem massa

Untuk menghubungkan kabel massa ke benda kerja / benda kerja digunakan penjepit ( klem ) massa. Bahan untuk klem massa sebaiknya sama dengan bahan penjepit elektroda ( holder ). Klem massa harus dijepitkan pada benda kerja / meja kerja pada tempat yang bersih dan jepitanya kuat.


sumber : http://rama378.blogspot.com/2008/06/las-busur-metal-manual-smaw-shield.html

Senin, 31 Januari 2011

KERAMIK

Tri Susetyo (10503244012) / C.1

KERAMIK

Keramik adalah sejenis bahan yang telah lama di gunakan, yaitu sejak 4000 SM. Barang barang yang di buat dari keramik adalah pot bunga dan bata. Dalam industri otomotive modern, keramik telah di gunakan sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu, yaitu untuk menghasilkan ignition park di dalam proses pembakaran otomotif. Keramik juga berfungsi sebagai isolator listrik. Dewasa ini bahan keramik menjadi bahan yang penting di dalam mesin. Karena sifatnya yang kuat dan dapat merintangi kehausan pada temperatur yang tinggi sehingga bahan keramik ini baik digunakan di dalam komponen otomotif otomotif seperti bahagian exzos, pelapis silinder, katup dan turbo charge.
Keramik mengandungi beberapa unsur yang berlainan ukuran. Ikatan di antara atom-atom bagi struktur ini adalah jenis kovalen yang melibatkan perkongsian elektron, dan ionic yaitu ikatan dasar di antara ion-ion yang berlawanan. Kedua-dua ikatan ini jauh lebih kuat dari pada ikatan logam. Dengan itu ada beberapa sifat keramik yang lebih baik dari pada logam, terutamanya kekerasannya dan sifat ketahanan panas dan listrik.
Struktur kristal keramik boleh di dapati dalam bentuk kristal tunggal atau struktur polikristal yang mempunyai banyak bijian. Ukuran butiran sangat mempengaruhi sifat-sifat keramik. Butiran yang berukuran kecil adalah lebih kuat dan liat, dan dinamai keramik halus. Antara bahan mentah keramik yang tertua ialah tanah liat yaitu keramik berbutiran halus yang berbentuk kepingan. Perbedaan dan kelebihan diantara keramik dengan logam dan bahan polimer adalah seperti berikut:
Keramik: Bahan bukan organic, kuat, tidak bertindak balas dengan bahan kimia, titik cair tinggi.Logam: Bahan-bahan organic, kekerasan dan kekuatan berbeda-beda, tidak stabil terhadap bahan kimia, Keramik memiliki karakteristik yang memungkinkannya digunakan untuk berbagai aplikasi termasuk :
• kapasitas panas yang baik dan konduktivitas panas yang rendah.
• Tahan korosi
• Sifat listriknya dapat insolator, semikonduktor, konduktor bahkan superkonduktor
• Sifatnya dapat magnetik dan non-magnetik
• Keras dan kuat, namun rapuh.
Dua jenis ikatan dapat terjadi dalam keramik, yakni ikatan ionik dan kovalen. Sifat keseluruhan material bergantung pada ikatan yang dominan. Klasifikasi
Bahan keramik dapat dibedakan menjadi dua kelas : kristalin dan amorf (non kristalin). Dalam material kristalin terdapat keteraturan jarak dekat maupun jarak jauh, sedang dalam material amorf mungkin keteraturan jarak pendeknya ada, namun pada jarak jauh keteraturannya tidak ada. Beberapa keramik dapat berada dalam kedua bentuk tersebut, misalnya SiO2, (lihat gambar, a struktur yang kristalin, b amorf).
Jenis ikatan yang dominan (ionik atau kovalen) dan struktur internal (kristalin atau amorf) mempengaruhi sifat-sifat bahan keramik. Sifat termal
Sifat termal penting bahan keramik adalah kapasitas panas, koefisien ekspansi termal, dan konduktivitas termal. Kapasitas panas bahan adalah kemampuan bahan untuk mengabsorbsi panas dari lingkungan. Panas yang diserap disimpan oleh padatan antara lain dalam bentuk vibrasi (getaran) atom/ion penyusun padatan tersebut.
Keramik biasanya memiliki ikatan yang kuat dan atom-atom yang ringan. Jadi getaran-getaran atom-atomnya akan berfrekuensi tinggi dan karena ikatannya kuat maka getaran yang besar tidak akan menimbulkan gangguan yang terlalu banyak pada kisi kristalnya.
Hantaran panas dalam padatan melibatkan transfer energi antar atom-atom yang bervibrasi. Vibrasi atom akan mempengaruhi gerakan atom-atom lain di tetangganya dan hasilnya adalah gelombang yang bergerak dengan kecepatan cahaya yakni fonon. Fonon bergerak dalam bahan sampai terhambur baik oleh interaksi fonon-fonon maupun cacat kristal. Keramik amorf yang mengandung banyak cacat kristal menyebabkan fonon selalu terhambur sehingga keramik merupakan konduktor panas yang buruk. Mekanisme hantaran panas oleh elektron, yang dominan pada logam, tidak dominan di keramik karena elektron di keramik sebagian besar terlokalisasi.
Contoh paling baik penggunaan keramik untuk insulasi panas adalah pada pesawat ruang angkasa. Hampir semua permukaan pesawat tersebut dibungkus keramik yang terbuat dari serat silika amorf. Titik leleh aluminium adalah 660 oC. Ubin menjaga suhu tabung pesawat yang terbuat dari Al pada atau dibawah 175 oC, walaupun eksterior pesawat mencapau 1400 oC. Sifat Optik
Bila cahaya mengenai suatu obyek cahaya dapat ditransmisikan, diabsorbsi, atau dipantulkan. Bahan bervariasi dalam kemampuan untuk mentransmisikan cahaya, dan biasanya dideskripsikan sebagai transparan, translusen, atau opaque. Material yang transparan, seperti gelas, mentransmisikan cahaya dengan difus, seperti gelas terfrosted, disebut bahan translusen. Batuan yang opaque tidak mentransmisikan cahaya.
Dua mekanisme penting interaksi cahaya dengan partikel dalam padatan adalah polarisasi elektronik dan transisi elektron antar tingkat energi. Polarisasi adalah distorsi awan elektron atom oleh medan listrik dari cahaya. Sebagai akibat polarisasi, sebagian energi dikonversikan menjadi deformasi elastik (fonon), dan selanjutnya panas.
Seperti dalam atom elektron-elektron dalam bahan berada dalam tingkat-tingkat energi tertentu. Absorbsi energi menghasilkan perpindahan elektron dari tingkat dasar ke tingkat tereksitasi. Ketika elektron kembali ke keadaan dasar disertai dengan pemancaran radiasi elektromagnetik.
Dalam padatan elektron yang energinya tertinggi ada dalam orbital-orbital dalam pita valensi dan orbital-orbital yang tidak terisi biasanya dalam pita konduksi. Gap antara pita valensi dan pita konduksi disebut gap energi.
Range energi cahaya tampak 1,8 sampai 3,1 eV. Bahan dengan gap energi di daerah ini akan mengabsorbsi energi yang berhubungan. Bahan itu akan tampak transparan dan berwarna. Contohnya, gap energi CdS sekitar 2,4 eV dan mengabsorbsi komponen cahaya biru dan violet dari sinar tampak. Tampak bahan tersebut berwarna kuning-oranye.
Bahan dengan gap energi kurang dari 1,8 eV akan opaque, sebab semua cahaya tampak akan diabsorbsi. Material dengan gap energi lebih besar 3,1 eV tidak akan menyerap range sinar tampak dan akan tampak transparan dan tak berwarna. Cahaya yang diemisikan dari transisi elektron dalam padatan disebut luminesensi. Bila terjadi dalam selang waktu yang pendek disebut flouresensi, bila didalam selang waktu yang lebih panjang disebut fosforisensi.
Cahaya yang ditransmisikan dari satu medium ke medium lain, misalnya dari gelas ke air akan mengalami pembiasan. Pembelokan cahaya ini adalah akibat perubahan kecepatan rambat yang asal mulanya dari polarisasi elektronik. Karena polarisasi meningkat dengan naiknya ukuran atom. Gelas yang mengandung ion-ion berat (seperti kristal timbal) memiliki indeks bias yang lebih besar dari gelas yang mengandung atom-atom ringan (seperti gelas soda).
Hamburan cahaya internal dalam bahan yang sebenarnya transparan mungkin dapat mengakibatkan bahan menjadi translusen atau opaque. Hamburan semacam ini terjadi antara lain di batas butiran, batas fasa, dan pori-pori.
Banyak aplikasi memanfaatkan sifat optik bahan keramik ini. Transparansi gelas membuatnya bermanfaat untuk jendela, lensa, filter, alat masak, alat lab, dan objek-objek seni. Pengubahan antara cahaya dan listrik adalah dasar penggunaan bahan semikonduktor seperti GaAs dalam laser dan meluasnya penggunaan LED dalam alat-alat elektronik. Keramik fluoresensi dan fosforisensi digunakan dalam lampu-lampu listrik dan layar-layar tv. Akhirnya serat optik mentransmisikan percakapan telepon dan data komputer yang didasarkan atas refleksi internal total sinyal cahaya.


Sifat – Sifat Bahan Keramik

Sifat yang umum dan mudah dilihat secara fisik pada kebanyakan jenis keramik adalah britle atau rapuh, hal ini dapat kita lihat pada keramik jenis tradisional seperti barang pecah belah, gelas, kendi, gerabah dan sebagainya, coba jatuhkan piring yang terbuat dari keramik bandingkan dengan piring dari logam, pasti keramik mudah pecah, walaupun sifat ini tidak berlaku pada jenis keramik tertentu, terutama jenis keramik hasil sintering, dan campuran sintering antara keramik dengan logam. sifat lainya adalah tahan suhu tinggi, sebagai contoh keramik tradisional yang terdiri dari clay, flint dan feldfar tahan sampai dengan suhu 1200 C, keramik engineering seperti keramik oksida mampu tahan sampai dengan suhu 2000 C. kekuatan tekan tinggi, sifat ini merupakan salah satu faktor yang membuat penelitian tentang keramik terus berkembang.




a.Sifat Mekanik

Keramik biasanya material yang kuat, dan keras dan juga tahan korosi. Sifat-sifat ini bersama dengan kerapatan yang rendah dan juga titik lelehnya yang tinggi, membuat keramik merupakan material struktural yang menarik.
Keterbatasan utama keramik adalah kerapuhannya, yakni kecenderungan untuk patah tiba-tiba dengan deformasi plastik yang sedikit. Ini merupakan masalah khusus bila bahan ini digunakan untuk aplikasi struktural. Dalam logam, elektron-elektron yang terdelokalisasi memungkinkan atom-atomnya berubah-ubah tetangganya tanpa semua ikatan dalam strukturnya putus. Hal inilah yang memungkinkan logam terdeformasi di bawah pengaruh tekanan. Tapi, dalam keramik, karena kombinasi ikatan ion dan kovalen, partikel-partikelnya tidak mudah bergeser. Keramiknya dengan mudah putus bila gaya yang terlalu besar diterapkan.
Faktur rapuh terjadi bila pembentukan dan propagasi keretakan yang cepat. Dalam padatan kristalin, retakan tumbuh melalui butiran (trans granular) dan sepanjang bidang cleavage (keretakan) dalam kristalnya. Permukaan tempat putus yang dihasilkan mungkin memiliki tekstur yang penuh butiran atau kasar. Material yang amorf tidak memiliki butiran dan bidang kristal yang teratur, sehingga permukaan putus kemungkinan besar mulus penampakannya. Kekuatan tekan penting untuk keramik yang digunakan untuk struktur seperti bangunan. Kekuatan tekan keramik biasanya lebih besar dari kekuatan tariknya. Untuk memperbaiki sifat ini biasanya keramik di-pretekan dalam keadaan tertekan.

b.Sifat Termal

Sifat termal penting bahan keramik adalah kapasitas panas, koefisien ekspansi termal, dan konduktivitas termal. Kapasitas panas bahan adalah kemampuan bahan untuk mengabsorbsi panas dari lingkungan. Panas yang diserap disimpan oleh padatan antara lain dalam bentuk vibrasi (getaran) atom/ion penyusun padatan tersebut.
Keramik biasanya memiliki ikatan yang kuat dan atom-atom yang ringan. Jadi getaran-getaran atom-atomnya akan berfrekuensi tinggi dan karena ikatannya kuat maka getaran yang besar tidak akan menimbulkan gangguan yang terlalu banyak pada kisi kristalnya.
Hantaran panas dalam padatan melibatkan transfer energi antar atom-atom yang bervibrasi. Vibrasi atom akan mempengaruhi gerakan atom-atom lain di tetangganya dan hasilnya adalah gelombang yang bergerak dengan kecepatan cahaya yakni fonon. Fonon bergerak dalam bahan sampai terhambur baik oleh interaksi fonon-fonon maupun cacat kristal.
Keramik amorf yang mengandung banyak cacat kristal menyebabkan fonon selalu terhambur sehingga keramik merupakan konduktor panas yang buruk. Mekanisme hantaran panas oleh elektron, yang dominan pada logam, tidak dominan di keramik karena elektron di keramik sebagian besar terlokalisasi.


Contoh paling baik penggunaan keramik untuk insulasi panas adalah pada pesawat ruang angkasa. Hampir semua permukaan pesawat tersebut dibungkus keramik yang terbuat dari serat silika amorf. Titik leleh aluminium adalah 660oC. Ubin menjaga suhu tabung pesawat yang terbuat dari Al pada atau dibawah 175oC, walaupun eksterior pesawat mencapau 1400oC

c.Sifat Listrik

Sifat listrik bahan keramik sangat bervariasi. Keramik dikenal sangat baik sebagai isolator. Beberapa isolator keramik (seperti BaTiO3) dapat dipolarisasi dan digunakan sebagai kapasitor. Keramik lain menghantarkan elektron bila energi ambangnya dicapai, dan oleh karena itu disebut semikonduktor. Tahun 1986, keramik jenis baru, yakni superkonduktor temperatur kritis tinggi ditemukan. Bahan jenis ini di bawah suhu kritisnya memiliki hambatan = 0. Akhirnya, keramik yang disebut sebagai piezoelektrik dapat menghasilkan respons listrik akibat tekanan mekanik atau sebaliknya.
Sering pula digunakan bahan yang disebut dielektrik. Bahan ini adalah isolator yang dapat dipolarisasi pada tingkat molekular. Material semacam ini digunakan untuk menyimpan muatan listrik. Kekuatan dielektrik bahan adalah kemampuan bahan tersebut untuk menyimpan elektron pada tegangan tinggi. Bila kapasitor dalam keadaan bermuatan penuh, hampir tidak ada arus yang lewat. Namun dengan tegangan tinggi dapat mengeksitasi elektron dari pita valensi ke pita konduksi. Bila hal ini terjadi arus mengalir dalam kapasitor, dan mungkin disertai dengan kerusakan material karena meleleh, terbakar atau menguap. Medan listrik yang diperlukan untuk menghasilkan kerusakan itu disebut kekuatan dielektrik. Beberapa keramik mempunyai kekuatan dielektrik yang sangat besar.Porselain misalnya sampai 160 kV/cm. Sebagian besar hantaran listrik dalam padatan dilakukan oleh elektron. Di logam, elektron penghantar dihamburkan oleh vibrasi termal meningkat dengan kenaikan suhu, maka hambatan logam meningkat pula dengan kenaikan suhu.
Sebaliknya, elektron valensi dalam keramik tidak berada di pita konduksi, sehingga sebagian besar keramik adalah isolator. Namun, konduktivitas keramik dapat ditingkatkan dengan memberikan ketakmurnian. Energi termal juga akan mempromosikan elektron ke pita konduksi, sehingga dalam keramik, konduktivitas meningkat (hambatan menurun) dengan kenaikan suhu.
Beberapa keramik memiliki sifat piezoelektrik, atau kelistrikan tekan. Sifat ini merupakan bagian bahan "canggih" yang sering digunakan sebagai sensor. Dalam bahan piezoelektrik, penerapan gaya atau tekanan dipermukaannya akan menginduksi polarisasi dan akan terjadi medan listrik, jadi bahan tersebut mengubah tekanan mekanis menjadi tegangan listrik. Bahan piezoelektrik digunakan untuk tranduser, yang ditemui pada mikrofon, dan sebagainya.
Dalam bahan keramik, muatan listrik dapat juga dihantarkan oleh ion-ion. Sifat ini dapat diubah-ubah dengan merubah komposisi, dan merupakan dasar banyak aplikasi komersial, dari sensor zat kimia sampai generator daya listrik skala besar. Salah satu teknologi yang paling prominen adalah sel bahan bakar. Kemampuan penghantaran ion didasarkan kemampuan keramik tertentu untuk memungkinkan anion oksigen bergerak, sementara pada waktu yang sama tetap berupa isolator. Zirkonia,Zr O2, yang distabilkan dengan kalsia (CaO), adalah contoh padatan ionik


d.Sifat Optik

Bila cahaya mengenai suatu obyek cahaya dapat ditransmisikan, diabsorbsi, atau dipantulkan. Bahan bervariasi dalam kemampuan untuk mentransmisikan cahaya, dan biasanya dideskripsikan sebagai transparan, translusen, atau opaque. Material yang transparan, seperti gelas, mentransmisikan cahaya dengan difus, seperti gelas terfrosted, disebut bahan translusen. Batuan yang opaque tidak mentransmisikan cahaya.
Dua mekanisme penting interaksi cahaya dengan partikel dalam padatan adalah polarisasi elektronik dan transisi elektron antar tingkat energi. Polarisasi adalah distorsi awan elektron atom oleh medan listrik dari cahaya. Sebagai akibat polarisasi, sebagian energi dikonversikan menjadi deformasi elastik (fonon), dan selanjutnya panas.
Seperti dalam atom elektron-elektron dalam bahan berada dalam tingkat-tingkat energi tertentu. Absorbsi energi menghasilkan perpindahan elektron dari tingkat dasar ke tingkat tereksitasi. Ketika elektron kembali ke keadaan dasar disertai dengan pemancaran radiasi elektromagnetik.
Dalam padatan elektron yang energinya tertinggi ada dalam orbital-orbital dalam pita valensi dan orbital-orbital yang tidak terisi biasanya dalam pita konduksi. Gap antara pita valensi dan pita konduksi disebut gap energi.
Range energi cahaya tampak 1,8 sampai 3,1 eV. Bahan dengan gap energi di daerah ini akan mengabsorbsi energi yang berhubungan. Bahan itu akan tampak transparan dan berwarna. Contohnya, gap energi CdS sekitar 2,4 eV dan mengabsorbsi komponen cahaya biru dan violet dari sinar tampak. Tampak bahan tersebut berwarna kuning-oranye.
Bahan dengan gap energi kurang dari 1,8 eV akan opaque, sebab semua cahaya tampak akan diabsorbsi. Material dengan gap energi lebih besar 3,1 eV tidak akan menyerap range sinar tampak dan akan tampak transparan dan tak berwarna. Cahaya yang diemisikan dari transisi elektron dalam padatan disebut luminesensi. Bila terjadi dalam selang waktu yang pendek disebut flouresensi, bila didalam selang waktu yang lebih panjang disebut fosforisensi.
Cahaya yang ditransmisikan dari satu medium ke medium lain, misalnya dari gelas ke air akan mengalami pembiasan. Pembelokan cahaya ini adalah akibat perubahan kecepatan rambat yang asal mulanya dari polarisasi elektronik. Karena polarisasi meningkat dengan naiknya ukuran atom. Gelas yang mengandung ion-ion berat (seperti kristal timbal) memiliki indeks bias yang lebih besar dari gelas yang mengandung atom-atom ringan (seperti gelas soda).
Hamburan cahaya internal dalam bahan yang sebenarnya transparan mungkin dapat mengakibatkan bahan menjadi translusen atau opaque. Hamburan semacam ini terjadi antara lain di batas butiran, batas fasa, dan pori-pori.
Banyak aplikasi memanfaatkan sifat optik bahan keramik ini. Transparansi gelas membuatnya bermanfaat untuk jendela, lensa, filter, alat masak, alat lab, dan objek- objek seni. Pengubahan antara cahaya dan listrik adalah dasar penggunaan bahan semikonduktor seperti GaAs dalam laser dan meluasnya penggunaan LED dalam alat-alat elektronik. Keramik fluoresensi dan fosforisensi digunakan dalam lampu- lampu listrik dan layar-layar tv. Akhirnya serat optik mentransmisikan percakapan telepon dan data komputer yang didasarkan atas refleksi internal total sinyal cahaya

e.Sifat Kimia

Salah satu sifat khas dari keramik adalah kestabilan kimia. Sifat kimia dari permukaan keramik dapat dimanfaatkan secara positif. Karbon aktif, silika gel, zeolit, dsb, mempunyai luas permukaan besar dan dipakai sebagai bahan pengabsorb. Kalau oksida logam dipanaskan pada kira-kira 5000C, permukaannya menjadi bersifat asam atau bersifat basa. Aluminaγ , zeolit, lempung asam atau S2O2 – TiO2 demikian juga berbagai oksida biner dipakai sebagai katalis, yang memanfaatkan aksi katalitik dari titik bersifat asam dan basa pada permukaan.

Kelebihan keramik:

Keramik memiliki karakteristik yang memungkinkannya digunakan untuk
berbagai aplikasi termasuk :
-kapasitas panas yang baik dan konduktivitas panas yang rendah.
-Tahan korosi
-Sifat listriknya dapat insulator, semikonduktor, konduktor bahkan
superkonduktor
-Sifatnya dapat magnetik dan non-magnetik
-Keras dan kuat, namun rapuh.

Klasifikasi keramik
Pada prinsipnya keramik terbagi atas:
1.Keramik tradisional
Keramik tradisional yaitu keramik yang dibuat dengan menggunakan bahan alam, seperti kuarsa, kaolin, dll. Yang termasuk keramik ini adalah: barang pecah belah (dinnerware), keperluan rumah tangga (tile, bricks), dan untuk industri (refractory).
2. Fine Ceramics (Keramik Modern)
Keramik modern atau biasa disebut keramik teknik, advanced ceramic, engineering ceramic, techical ceramic adalah keramik yang dibuat dengan menggunakan oksida-oksida logam atau logam, seperti: oksida logam (Al2O3, ZrO2, MgO,dll). Penggunaannya: elemen pemanas, semikonduktor, komponen turbin, dan pada bidang medis. (Joelianingsih, 2004). Bahan baku keramik maju (advance ceramic / engineering ceramic) biasanya berupa serbuk yang telah mengalami proses sedemikian rupa sehingga mudah untuk diproses lanjut (ditekan, disintering dan dipoles) Tentunya untuk mendapatkan kualitas keramik yang tinggi memerlukan pemrosesan tertentu tidak hanya bahan baku yang handal.
Sesuai dengan sifat alami keramik, bahan baku keramik yang digunakan untuk produksi mempunyai banyak kendala yang mempengaruhi pada sifat akhir benda jadi dibandingkan dengan kelompok bahan lain misal logam atau polimer. Hal ini dikarenakan tidak terdapat tahapan penghalusan lanjut untuk keramik, tidak seperti logam (peleburan – pembekuan – deformasi plastik). Pada dasarnya, “apa yang masuk – itulah yang keluar”. Semua ketidak-sempurnaan pada bahan baku diperbanyak kedalam pembesaran ketidak-sempurnaan dalam produk yang disinter. Efek domino ini menekankan ketergantungan dari sifat akhir produk keramik dalam karakteristik semua tahapan pemrosesan, dan secara umum dalam karakteristik bahan baku, secara harfiah bila terdapat kesalahan dalam satu tahap pemrosesan keramik maka akan mempengaruhi secara nyata hasil akhir keramiknya.
Sifat yang umum dan mudah dilihat secara fisik pada kebanyakan jenis keramik adalah britle atau rapuh, hal ini dapat kita lihat pada keramik jenis tradisional seperti barang pecah belah, gelas, kendi, gerabah dan sebagainya, coba jatuhkan piring yang terbuat dari keramik bandingkan dengan piring dari logam, pasti keramik mudah pecah, walaupun sifat ini tidak berlaku pada jenis keramik tertentu, terutama jenis keramik hasil sintering, dan campuran sintering antara keramik dengan logam. sifat lainya adalah tahan suhu tinggi, sebagai contoh keramik tradisional yang terdiri dari clay, flint dan feldfar tahan sampai dengan suhu 1200 C, keramik engineering seperti keramik oksida mampu tahan sampai dengan suhu 2000 C. kekuatan tekan tinggi, sifat ini merupakan salah satu faktor yang membuat penelitian tentang keramik terus berkembang.

Kesimpulan

Keramik merupakan suatu kesenian dan sains membuat dan menggunakan hasil padat yang terdiri daripada atau sebahagian besar komponennya adalah bahan tak organik (porselin, lempung, semen, kaca, feroelektrik, superkonduktor dan sebagainya). Keramik tradisional adalah keramik yang berdasarkan lempung. Keramik modern adalah keramik yang mempunyai sifat-sifat fisik, mekanik, kimia dan listrik yang istimewa. Bahan keramik tradisional adalah tembikar, lempung, semen, refraktori dan berbagai hasil berkaitan dengan silikat. Bahan keramik modern terdiri daripada keramik oksida (Al2O3, ZrO2, TiO2, BaTiO2, dan sebagainya) dan keramik bukan oksida (Si3N4, TiN,SiC,B4C dan sebagainya).









sumber :

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/01/tugas-material-teknik-keramik/

http://www.scribd.com/doc/24973211/SIFAT-%E2%80%93-SIFAT-BAHAN-KERAMIK-ILMU-BAHAN

http://yefrichan.wordpress.com/2010/11/19/bahan-teknik-keramik/

PROSES PEMBENTUKAN LOGAM (METAL FORMING)

PROSES PEMBENTUKAN LOGAM
(METAL FORMING)
Berbeda sekali dengan proses pengecoran – dimana harus ada proses pencairan logam, penuangan pembekuan di dalam rongga cetakan – maka pada proses pembentukan logam (metal forming) logam dibentuk dengan cara ditekan (pressure) sampai terjadi bentuk yang dikehendaki. Selain untuk pembentukan logam, proses ini juga bisa dipergunakan untuk memperbaiki sifat-sifat fisik dari logam atau kedua-duanya. Proses pembentukkan dalam hal ini bisa dilaksanakan secara panas (hot working) atau secara dingin (cold working).
Didalam pengerjaan panas, material (logam) terlebih dahulu dipanaskan sampai diatas tempeteratur rekristalisasi, sehingga sifat-sifat material akan berubah, disini sifat material secara umum akan lebih ulet, lebih mudah dibentuk (tekanan lebih ringan), dan bentuk-bentuk yang lebih sulit akan lebih mudah dikerjakan. Sedangkan untuk pengerjaan dingin, hal ini dilaksanakan dibawah temperature rekristalisasi. Pengerjaan dingin dilaksanakan untuk memperoleh bentuk yang lebih teliti (toleransi kecil), penampang permukaan (surface finished) yang lebih halus dan sifat-sifat fisik tertentu lainnya. Beberapa proses yang diklarifikasikan sebagai proses pembentukkan logam (metal forming) yang dalam hal ini bisa dilaksanakan secara panas atau dingin dapat ditunjukkan seperti proses pengerolan, proses perlengkapan, proses penarikan, dan lain-lain.
Proses penarikan kawat (wire drawing) : merupakan operasi atau proses penarikan sebuah kawat (wire) dengan penarikan ini, maka diameter penampang kawat atau batang logam akan berkuran sesuai dengan yang diinginkan
Proses penempatan (foreging) : merupakan proses pembentukkan logam dengan jalan memberikan beban/tekanan (pressure) secara berulang-ulang dan terputus-putus (intermitten). Hal ini berlawanan dengan proses pengerolan dimana beban yang diberikan cenderung berlangsung secara terus menerus (continuous).
Proses ekstrusi (extruding) : proses ektrusi dilaksanakan dengan jalan mengkompresikan logam – yang dipanaskan sampai diatas batas elastisitas – dan menekannya melalui sebuah ide yang sesuai dengan bentuk yang kehendaki.
Proses pembengkokkan/pelengkungan (bending) : dalam proses ini benda kerja dikenal beban/tekanan secara permanent sehingga terjadi distorsi sesuai bentuk yang diinginkan. Gambar berikut menunjukkan beberapa contoh hasil proses pembengkokkan (bending) lembaran logam :
Macam-macam bentuk hasil Proses Pembengkokan
Proses “squeezing” : merupakan proses pembentukkan logam sesuai dengan bentuk-bentuk yang dikehendaki dengan jalan menekan dan mendorong paksa agar logam mengalir melalui sebuah cetakan.
Prosesing “drawing dan stretching” : proses ini akan menghasilkan benda-benda kerja yang “seamless” seperti bentuk cawan, mangkok, dan lain sebagainya. Proses dilaksanakan dengan jalan menekan dan mendorong secara paksa lembaran-lembaran (sheet) logam melalui cetakan sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Seperti halnya dengan proses penarikan kawat (wire drawing) maka disini juga akan terjadi “stretch” pada lembaran logam yang dibentuk.



sumber : http://sobatbaru.blogspot.com/2008/04/proses-pembentukkan-logam-metal-forming.html

Korosi

LAPORAN PENGAMATAN
MK BAHAN TEKNIK DASAR

KOROSI




Disusun oleh:
Tri Susetyo
10503244012
Kelas C.1


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
JANUARI 2011




BAB 1 PENDAHULUAN
Judul : Pengamatan Korosi
Korosi pada bahan : 1. Logam
2. Non – Logam
Foto Korosi :




Paku





Kayu



Bahan yang diamati : 1. Paku (Logam)
2. Kayu (Non-Logam)


BAB 2 PEMBAHASAN
A.  Pengertian Korosi
Korosi atau Perkaratan berasal dari bahasa latin ”Corrodere” yang berarti perusakan logam. Adapun definisi korosi sebagai berikut.
- Korosi adalah proses degradasi atau deteorisasi perusakan material yang terjadi disebabkan oleh pengaruh lingkungan sekelilingnya.
- Korosi adalah perusakan material tanpa perusakan mekanis.
- Korosi adalah Kebalikan dari metalurgi ekstraktif.
- Korosi adalah proses elektrokimia dalam mencapai kesetimbangan thermodinamika suatu sistem.
- Korosi adalah reaksi antara logam dengan lingkungannya.
Korosi adalah suatu penyakit dalam dunia teknik, walaupun secara langsung bukan merupakan produk teknik. Adanya studi tentang korosi adalah usaha untuk mencegah dan mengendalikan kerusakan supaya serangannya serendah mungkin dan dapat melampaui nilai ekonomisnya, atau umur tahannya material lebih lama untuk bisa dimanfaatkan. Caranya dengan usaha prefentif atau pencegahan dini untuk menghambat korosi. Dan hal ini lebih baik dari pada harus mengeluarkan biaya perbaikan yang tidak sedikit akibat serangan korosi.
B. Jenis-jenis Korosi
Adapun beberapa jenis korosi yang umum terjadi pada logam sebagai berikut.
1.Korosi Galvanis (Bemetal Corrosion)
Disebut juga korosi dwilogam yang merupakan perkaratan elektrokimiawi apabila dua macam metal yang berbeda potensial dihubungkan langsung di dalam elektrolit yang sama. Elektron akan mengalir dari metal yang kurang mulia (anodik) menuju ke metal yang lebih mulia (katodik). Akibatnya metal yang kurang mulia berubah menjadi ion-ion positif karena kehilangan elektron. Ion-ion positif metal bereaksi dengan ion-ion negatif yang berada di dalam elektrolit menjadi garam metal. Karena peristiwa ini, permukaan anoda kehilangan metal sehingga terrbentuk sumur-sumur karat atau jika merata akan terbentuk karat permukaan.
2.Korosi Sumuran (Pitting Corrosion)
Adalah korosi yang terjadi karena komposisi logam yang tidak homogen dan ini menyebabkan korosi yang dalam pada berbagai tempat. Dapat juga adanya kontak antara logam, maka pada daerah batas akan timbul korosi berbentuk sumur.
3.Korosi Erosi (Errosion Corrosion)
Logam yang sebelumnya teleh terkena erosi akibat terjadinya keausan dan menimbulkan bagian-bagian yang tajam dan kasar. Bagian-bagian inilah yang mudah terserang korosi dan apabila terdapat gesekan maka akan menimbulkan abrasi yang lebih berat.
4.Korosi Regangan (Stress Corrosion)
Gaya-gaya seperti tarikan (tensile) atau kompresi (Compressive) berpengaruh sangat kecil pada proses pengkaratan. Adanya kombinasi antara regangan tarik (tensile stress) dan lingkungan yang korosif, maka akan terjadi kegagalan material berupa retakan yang disebut retak karat regangan.
5.Korosi Celah (Crevice Corrosion)
Korosi yang terjadi pada logam yang berdempetan dengan logam lain atau non logam dan diantaranya terdapat celah yang dapat menahan kotoran dan air sebagai sumber terjadinya korosi. Konsentrasi Oksigen pada mulut lebih kaya dibandingkan pada bagian dalam, sehingga bagian dalam lebih anodik dan bagian mulut menjadi katodik. Maka terjadi aliran arus dari dalam menuju mulut logam yang menimbulkan korosi.
Atau juga perbedaan konsenrasi zat asam. Diamana celah sempit yang terisi elektrolit (pH rendah) maka terjadilah sel korosi dengan katodanya permukaan sebelah luar celah yang basah dengan air yang lebih banyak mengandung zat asam dari pada daerah dalam yang besifat anodik. Maka dari snilah terjadinya korosi dengan adanya katoda dan anoda.
6.Korosi Kavitasi (Cavitation Corrosion)
Terjadi karena tingginya kecepatan cairan menciptakan daerah-daerah bertekanan tinggi dan rendah secara berulang-ulang pada permukaan peralatan dimana cairan tersebut mengalir. Maka terjadilah gelembung-gelembung uap air pada permukaan tersebut, yang apabila pecah kembali menjadi cairan akan menimbulkan pukulan pada permukaan yang cukup besar untuk memecahkan film oksida pelindung permukaan. Akibatnya bagian permukaan yang tidak terlindungi terserang korosi. Karena bagian tersebut menjadi anodik terhadap bagian yang terlindungi.
Karena terjadinya korosi pada bagian tersebut, maka akan kehilangan massa dan menjadi takik. Takik-takik tersebut akan bertambah dalam karena permukaan di dalam takik tidak sempat membentuk film pelindung karena kecepatan cairan yang tinggi dan proses kavitasi akan berlangsung secara berulang-ulang.
7.Korosi Lelah (Fatigue Corrosion)
Bila logam mendapat beban siklus yang berulang-ulang, tetapi masih dibawah batas kekuatan luluhnya. Maka setelah sekian lama akan patah karena terjadinya kelelahan logam. Kelelahan dapat dipercepat dengan adanya serangan korosi. Kombinasi antara kelelahan dan korosi yang mengakibatkan kegagalan disebut korosi lelah. Korosi lelah terjadi di daerah yang menderita beban, lasan dan lainnya.
8.Korosi antar kristal
Terjadinya korosi hanya pada batas kristal, akibat dari serangan elektrolit. Karena tegangan pada kristal adalah paling tinggi. Dan terjadiny karbida pada batas butir yang dapat mengakibatkan korosi ini.
C. Lingkungan Korosi
Ada beberapa pengaruh lingkungan korosi secara umum adalah sebagai berikut :
1.Lingkungan air
Air atau uap air dalam jumlah sedikit atau banyak akan mempengaruhi tingkat korosi pada logam. Reaksinya bukan hanya antara logam dengan oksigen saja, tetapi juga dengan uap air yang menjadi reaksi elektrokimia. Karena air berfungsi sebagai:
- Pereaksi. Misalnya pada besi akan berwarna cokelat karena terjadinya besi hidroksida.
- Pelarut. Produk-produk korosi akan larut dalam air seperti besi klorida atau besi sulfat.
- Katalisator. Besi akan cepat bereaksi dengan O2 dari udara sekitar bila ada uap air.
- Elektrolit lemah. Sebagai penghantar arus yang lemah atau kecil.
Korosi pada lingkungan air bergantung pada pH,  kadar oksigen dan temperatur. Misalnya pada baja tahan karat pada suhu 300-500oC bisa bertahan dari karat. Namun pada suhu yang lebih tinggi 600-650oC baja tahan karat akan terserang korosi dengan cepat. Demikian juga dengan penambahan kadar O2 dalam air maka akan mempercepat laju korosi pada logam. Pengaruh kondisi lingkungan yang berubah-ubah sangat mempengaruhi laju korosi. Seperti faktor-faktor berikut.
a.pH
Menurut penelitian Whitman dan Russel ternyata pH dari suatu elektrolit sangat mempengaruhi pada proses terjadinya korosi pada besi. Pengaturan pH dilakukan dengan pembubuhan KOH pada air yang pH 6-14 dan pembubuhan asam pada 7-0.
b.Kadar Oksigen
Oksigen hampir ada dimana-man, karena potensial redoks sangat tinggi maka oksigen dalam proses korosi akan terlebih dahulu akan direduksi oleh H+. Kelarutan O2 dalam larutan harus dikurangi oleh garam yang terlarut dalam larutan dan kelarutannya bergantung pada logam yang tercelup dan luasan permukaan logam tercelup serta temperaturnya.
Adapun macam-macam air seperti air suling merupakan air yang paling bersih dan bebas dari kation dan anion serta terisolir dari udara dan bebas mikroba. Adapun air hujan atau salju merupakan proses sulingan alam, namun demikian air ini masih mengandung CO2 dari udara yang dapat membentuk senyawa H2CO3 dan akan bersifat asam menyebabkan korosif pada baja. Untuk air permukaan komposisinya zat terlarut bergantung pada tanah yang ditempati atau tempat tergenangnya. Tetapi pada umumnya zat yang terlarut lebih rendah dari pada air laut. Biasanya air permukaan mengandung Ca2+, Mg2+, NH4+, Cl-, dan SO-4. Agresifitasnya lebih rendah daripada air laut. Sedangkan untuk air tanah dangkal seperti sumur zat terlarutnya bergantung pada tanah sekitanya.
2.Lingkungan udara
Temperatur, kelembaban relatif, partikel-partikel abrasif dan ion-ion agresif yang terkandung dalam udara sekitar, sangat mempengaruhi laju korosi. Dalam udara yang murni, baja tahan karat akan sangat tahan terhadap korosi. Namun apabila udara mulai tercemari maka serangan korosi dapat mudah terjadi. Salah satu polusi udara yang menimbulkan karosi adalah NOX dari pabrik asam nitrat, Cl2 dari pabrik soda, dan NaCl dari air laut.
3.   Lingkungan asam, basa dan garam
Pada lingkungan air laut, dengan konsentrasi garam NaCl atau jenis garam-garam yang lain seperti KCl akan menyebabkan laju korosi logam cepat. Sama halnya dengan kecepatan alir dari air laut yang sebanding dengan peningkatan laju korosi, akibat adanya gesekan, tegangan dan temperatur yang mendukung terjadinya korosi.
Pada larutan basa seperti NaOH (Caustic soda), baja karbon akan tahan terhadap serangan korosi pada media ini dengan suhu larutan 75 oF (24 oC) dan konsentrasi 45% berat. Pada larutan asam seperti Asam cromat (CrO3) dengan Asam kromat 10% pada suhu 60oC  tidak akan menyerang baja tahan karat. Tingkat korosi akan naik sebanding dengan temperatur dan konsentrasi yang juga meningkat.
Senyawa kromat mampu sebagai pemasif yang efektif terhadap laju korosi pada logam. Dalam kenyataannya dapat tereduksi menjadi Cr2O3 yang membentuk serpih  yang berwarna hijau kecoklatan. Cr2O3 banyak digunakan sebagai abrasi pada pemolesan karena Cr2O3 keras, tajam sehingga mampu mengikis atau mengasah logam menjadi mengkilap.
Penggunaan larutan garam Natrium Cromat / sodium kromat (Na2CrO4) dengan kadar tertentu mampu menghambat laju korosi. karena sodium kromat sebagai inhibitor kimia, yaitu suatu zat kimia yang dapat menghambat atau memperlambat suatu reaksi kimia. Secara khusus, inhibitor korosi merupakan suatu zat kimia yang bila ditambahkan ke dalam suatu lingkungan tertentu, dapat menurunkan laju penyerangan lingkungan itu terhadap suatu logam.
Selain itu fungsi dari inhibitor adalah mampu memperpanjang umur pakai logam, melindungi dan memperindah permukaan logam, lebih mengkilap dan terang dengan warna tertentu yang dihasilkan sesuai inhibitornya.
D. Ketahanan Korosi Logam
Ketahanan logam tidak saja bergantung pada deret kemuliaan logam tetapi bergantung juga pada kemungkinannya untuk menjadi pasif. Ketahanan korosi logam bergantung dari lingkungan. Dengan adanya ion agresif (misalnya ion klorida) logam pasif dapat terkorosi secara setempat (pitting, cracking, crevice dsb).
E. Perhitungan Laju Korosi
Logam baja karbon dicelupkan pada lingkungan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Volume lingkungan yang digunakan mengikuti rasio minimum volume larutan terhadap luas permukaan benda uji adalah 20 ml/cm2, sesuai dengan ASTM G31-72 (Reapproved 1990) “Standard Practice for Laboratory Immersion Corrosion Testing of Metals”.
Untuk perhitungan laju korosi dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut.Laju Korosi =   (mpy)
dimana : mpy = laju korosi, (mils/year)
W = berat yang hilang, (gr)
A = luas, (cm2)
T = waktu, (jam)
F. Cara Mencegah Korosi
Korosi tidak mungkin sepenuhnya dapat dicegah karena memang merupakan proses alamiah bahwa semuanya akan kembali ke sifat asalnya. Asalnya dari tanah maka akan kembali ke tanah. Hal ini adalah siklus alam yang akan terus terjadi selama kesetimbangan alam belum tercapai. Namun demikian pengendalian dan pencegahan korosi harus tetap dilakukan secara maksimal, karena dilihat dari segi ekonomi dan dari segi keamanan merupakan hal yang tidak boleh ditinggalkan dan dibiarkan begitu saja.
Beberapa cara untuk mencegah besi atau logam lain agar tahan korosi :
1. Melapisi besi atau logam lainnya dengan cat khusus besi yang banyak dijual di toko-toko bahan bangunan.
2. Membuat logam dengan campuran yang serba sama atau homogen ketika pembuatan atau produksi besi atau logam lainnya di pabrik.
3. Pada permukaan logam diberi oli atau vaselin
4. Menghubungkan dengan logam aktif seperti magnesium / Mg melaui kawat agar yang berkarat adalah magnesiumnya. Hal ini banyak dilakukan untuk mencegah berkarat pada tiang listrik besi atau baja. Mg ditanam tidak jauh dari tiang listrik.
5. Melakukan proses galvanisasi dengan cara melapisi logam besi dengan seng tipis atau timah yang terletak di sebelah kiri deret volta.
6. Melakukan proses elektro kimia dengan jalan memberi lapisan timah seperti yang biasa dilakukan pada kaleng.

G. Pengamatan Pada Korosi
1. Korosi Logam
=> Tujuan
Tujuannya adalah untuk mengetahui faktor yang menyebabkan besi berkarat

=>Alat dan bahan
a. Air
b. Paku
c. Gelas

=>Cara kerja
- Persiapkan gelas kosong yang bersih
- gelas di isi dengan Air, lalu masukkan paku ke dalam gelas yang di isi Air, kemudian diamkan gelas yang terisi air dan paku itu selama beberapa hari. Biarkan paku bereaksi dengan air dan udara, setelah beberapa hari ambil paku tersebut dari gelas dan amati hasilnya.

=> Hasil pengamatan
Dari percobaan atau pengamatan tersebut bisa kita dapatkan bahwa Paku yang didiamkan dalam gelas yang berisi air akan berkarat, karena unsur-unsur pada paku bersenyawa dengan air dan udara. Perkaratan pada paku tersebut di pengaruhi oleh Oksigen dan Air.

2. Korosi Non-Logam
Seperti halnya besi, kayu juga dapat mengalami korosi bila bersenyawa secara terus menerus dengan udara dan air. Bila kita amati kayu-kayu yang berada diluar ruangan, akan cepat keropos. Hal itu disebabkan karena kayu bersenyawa secara terus menerus dengan air hujan dan udara. Kehadiran makhluk hidup yang lain, seperti rayap dapat mempercepat pelapukan. Rayap memakan kayu dengan cara melubangi kayu. Kayu yang berlubang-lubang menyebabkan air dapat masuk sehingga mempercepat pelapukan. Kayu yang melapuk dapat juga disebabkan oleh jamur dan lumut yang tumbuh di atasnya. Air dan udara merupakan unsur penyebab korosi yang paling sering dijumpai. Oleh karena itu salah satu cara untuk mencegah korosi pada kayu adalah dengan melapisi kayu dengan cat dan pernis. Dengan cara tersebut dapat menutupi celah-celah yang terdapat dalam kayu. Beberapa pengusaha kayu merendam kayu dalam lumpur agar menutup pori-pori dalam kayu
Pelapukan ada 3 macam,yaitu:
1.Pelapukan Fisik/mekanik
-Perbedaan suhu yg tinggi
-Pembekuan air dalam celah batu
-Pengelupasan
2.Pelapukan Kimia. Pelapukan yg disertai susunan zat pembentukan batuan
3.Pelapukan Biologis/Makhluk Hidup. Disebabkan oleh tumbuhan dan hewan
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
Besi yang cepat berkarat adalah besi yang di dalam air yang terbuka artinya pengaruh oksigen dan air sangat kuat. Faktor penyebab besi berkarat adalah O2 dan H2O
Agar tidak terjadi perkaratan yang tidak kita kehendaki seperti pada pagar besi, maka kita harus melapisi pagar besi dengan cat atau logam yang tahan korosi agar tidak di pengaruhi oleh O2 dan H2O
Beberapa cara untuk menanggulangi besi atau logam lain agar tahan dari proses perkaratan :
1. Melapisi besi atau logam lainnya dengan cat khusus besi yang banyak dijual di toko-toko bahan bangunan.
2. Membuat logam dengan campuran yang serba sama atau homogen ketika pembuatan atau produksi besi atau logam lainnya di pabrik.
3. Pada permukaan logam diberi oli atau vaselin
4. Menghubungkan dengan logam aktif seperti magnesium / Mg melaui kawat agar yang berkarat adalah magnesiumnya. Hal ini banyak dilakukan untuk mencegah berkarat pada tiang listrik besi atau baja. Mg ditanam tidak jauh dari tiang listrik.
5. Melakukan proses galvanisasi dengan cara melapisi logam besi dengan seng tipis atau timah yang terletak di sebelah kiri deret volta.
6. Melakukan proses elektro kimia dengan jalan memberi lapisan timah seperti yang biasa dilakukan pada kaleng.

Daftar Pustaka : http://semboy.wordpress.com/korosi/
http://magicalxbit.livejournal.com/13661.html
http://www.scribd.com/doc/17468458/KOROSI
http://www.crayonpedia.org/mw/PERUBAHAN_PADA_BENDA_6.1_HERI_SULISTYANTO
http://www.indonesiaindonesia.com/f/4-perubahan-benda/

Kamis, 16 Desember 2010

Sheet Metal Forming

Berbeda sekali dengan proses pengecoran – dimana harus ada proses pencairan logam, penuangan pembekuan di dalam rongga cetakan – maka pada proses pembentukan logam (metal forming) logam dibentuk dengan cara ditekan (pressure) sampai terjadi bentuk yang dikehendaki. Selain untuk pembentukan logam, proses ini juga bisa dipergunakan untuk memperbaiki sifat-sifat fisik dari logam atau kedua-duanya. Proses pembentukkan dalam hal ini bisa dilaksanakan secara panas (hot working) atau secara dingin (cold working).

Didalam pengerjaan panas, material (logam) terlebih dahulu dipanaskan sampai diatas tempeteratur rekristalisasi, sehingga sifat-sifat material akan berubah, disini sifat material secara umum akan lebih ulet, lebih mudah dibentuk (tekanan lebih ringan), dan bentuk-bentuk yang lebih sulit akan lebih mudah dikerjakan. Sedangkan untuk pengerjaan dingin, hal ini dilaksanakan dibawah temperature rekristalisasi. Pengerjaan dingin dilaksanakan untuk memperoleh bentuk yang lebih teliti (toleransi kecil), penampang permukaan (surface finished) yang lebih halus dan sifat-sifat fisik tertentu lainnya. Beberapa proses yang diklarifikasikan sebagai proses pembentukkan logam (metal forming) yang dalam hal ini bisa dilaksanakan secara panas atau dingin dapat ditunjukkan seperti proses pengerolan, proses perlengkapan, proses penarikan, dan lain-lain.

Proses penarikan kawat (wire drawing) : merupakan operasi atau proses penarikan sebuah kawat (wire) dengan penarikan ini, maka diameter penampang kawat atau batang logam akan berkuran sesuai dengan yang diinginkan

Proses penempatan (foreging) : merupakan proses pembentukkan logam dengan jalan memberikan beban/tekanan (pressure) secara berulang-ulang dan terputus-putus (intermitten). Hal ini berlawanan dengan proses pengerolan dimana beban yang diberikan cenderung berlangsung secara terus menerus (continuous).

Proses ekstrusi (extruding) : proses ektrusi dilaksanakan dengan jalan mengkompresikan logam – yang dipanaskan sampai diatas batas elastisitas – dan menekannya melalui sebuah ide yang sesuai dengan bentuk yang kehendaki.

Proses pembengkokkan/pelengkungan (bending) : dalam proses ini benda kerja dikenal beban/tekanan secara permanent sehingga terjadi distorsi sesuai bentuk yang diinginkan. Gambar berikut menunjukkan beberapa contoh hasil proses pembengkokkan (bending) lembaran logam

Macam-macam bentuk hasil Proses Pembengkokan

Proses “squeezing” : merupakan proses pembentukkan logam sesuai dengan bentuk-bentuk yang dikehendaki dengan jalan menekan dan mendorong paksa agar logam mengalir melalui sebuah cetakan.

Prosesing “drawing dan stretching” : proses ini akan menghasilkan benda-benda kerja yang “seamless” seperti bentuk cawan, mangkok, dan lain sebagainya. Proses dilaksanakan dengan jalan menekan dan mendorong secara paksa lembaran-lembaran (sheet) logam melalui cetakan sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Seperti halnya dengan proses penarikan kawat (wire drawing) maka disini juga akan terjadi “stretch” pada lembaran logam yang dibentuk.


sumber